Mobil Nasional (mobnas)-Tawon


SURABAYA | SURYA - Mobil nasional (mobnas) merek ‘Tawon’ tampaknya sudah ‘percaya diri’ untuk bertarung dengan mobil-mobil bermerk. Setelah cukup lama ditunggu, mobil keluaran PT Super Gasindo Jaya yang berlokasi di Rangkasbitung, Banten, itu mulai membuka penjualan. Dan, Surabaya menjadi kota pertama yang dipilih untuk menggaet konsumen.

Selain karena menjadi tujuan akhir dalam uji coba ketangguhan Tawon pekan lalu, kota ini dipilih karena memiliki moda transportasi angkutan serbaguna (angguna). Mereka, para pemilik angkutan inilah yang akan menjadi bidikan pertama.

Ketua Bidang Pemasaran dan Komunikasi Asosiasi Industri Automotive Nusantara (Asia Nusa) selaku pemrakarsa mobil-mobil nasional, Dewa Yuniardi mengatakan, mobil Tawon mulai dipasarkan ke publik karena secara produksi dan perizinan sudah beres.


Untuk tahap awal, pihaknya mengenalkan Tawon di wilayah Jawa, dan secara bertahap akan membidik wilayah di luar pulau Jawa. “Kami kian yakin bahwa produk ini tak bisa dipandang sebelah mata, karena berdasarkan tes ketahanan dengan mengendarai dua tipe mobil Tawon dari Banten ke Surabaya, sanggup ditempuh dalam waktu 19 jam tanpa masalah. Artinya sama dengan mobil-mobil yang ada,” kata Dewa di sela pameran Tawon di Grand City Surabaya, Kamis (20/10).

Untuk memberikan pilihan kepada konsumen, pihaknya saat ini menawarkan dua tipe Tawon, yakni minibus yang lebih diperuntukkan mobil pribadi, dan Bestel Wagon, yang menyasar ke segmen kendaraan umum atau yang diharapkan bisa menggantikan mobil angguna.

Mobil Tawon menggendong kapasitas mesin 650 cc, ditopang dengan sistem suspensi per pegas daun. Sementara sistem suplai bahan bakar masih menggunakan karburator.

Yang menarik, Tawon bisa dioperasikan dengan menggunakan bahan bakar gas, bio ethanol, dan premium. “Soal ketangguhan, berdasar uji coba lalu, konsumsi bahan bakar Tawon untuk satu liter bisa menempuh 25 kilometer, dan kecepatan bisa digeber di angka 90 kilometer per jam,” paparnya.

Dewa menambahkan, pihaknya membidik masyarakat segmen menengah bawah, atau lebih tepatnya, mereka yang selama ini belum memiliki mobil, namun tak mampu membeli mobil baru bermerek yang harganya sudah di atas Rp 100 juta per unit. Segmen ini diakuinya lebih banyak berada di pinggiran kota atau pedesaan.

Hanya saja, Dewa tak menargetkan volume penjualan dalam pameran itu. Baginya, yang terpenting bisa mengenalkan mobil karya anak bangsa tersebut ke masyarakat Jatim. “Tapi jika melihat harga yang hanya Rp 50 juta dan Rp 70 juta per unit, kami optimistis dari produksi kami sebanyak 40 unit per bulan bisa terserap pasar sepenuhnya,” ujar Dewa.

Pendiri sekaligus desainer mobil Tawon, Kuntjoro Njoto, mengatakan, hampir keseluruhan komponen Tawon dihasilkan dari produksi dalam negeri. Hanya mesin yang untuk sementara ini masih didatangkan dari China. “Tapi secara bertahap akan kita produksi sendiri. Target kami pada 2014 nanti seluruh komponen diproduksi lokal,” tutur Kuntjoro.

Tak hanya itu, pihaknya juga terus mengembangkan model dan teknologi Tawon agar mampu bersaing dengan dominasi mobil-mobil asing yang selama ini ada di pasar. Ia menyebut masih dalam tahap perencanaan untuk mengeluarkan mobil bermesin diesel.

Pengamat otomotif di Surabaya, Yupito Muntono mengaku mendukung munculnya mobnas Tawon. Ia berharap produsen mobil ini tetap eksis di tengah ketatnya persaingan di pasar otomotif. Pasalnya, meski selama ini banyak digembar-gemborkan, namun masyarakat menunggu kapan mobnas mulai dijual ke pasar.

“Sebenarnya sudah ada mobnas lain seperti GEA yang diproduksi PT Inka Madiun, Esemka sebagai hasil karya anak-anak SMK, Komodo yang sudah dilepas ke komunitas offroad, dan sebagainya,” ungkap Yupito.

Namun, yang perlu digaris bawahi, lanjutnya, banyak hal yang memengaruhi sukses tidaknya produk otomotif. Menurutnya, kultur masyarakat Indonesia yang masih meminati mobil bermerek meski bekas (mobkas), menjadi hambatan utama mobnas. “Dengan harga yang relatif sama, masyarakat masih memilih mobil bermerek meski bekas,” sebutnya.

Faktor lain yang menjadi tolak ukur eksistensi otomotif adalah ada tidaknya dukungan lembaga pembiayaan. Pasalnya, sebagian besar transaksi otomotif di Indonesia adalah melalui kredit. Hal lain adalah layanan purna jual dan dukungan suku cadang.

“Jika beberapa hal ini bisa dipenuhi, termasuk terus diikutinya tren otomotif, niscaya mobnas bisa diterima konsumen dan eksis di pasar,” pungkas Yupito.

Sumber: http://www.surya.co.id/2011/10/21/duel-mobnas-vs-mobkas
You might also like:
Tawon Mulai Dipasarkan Oktober Mendatang
Mobil Tawon Sanggup Tempuh Banten-Sby 19 Jam
Mobnas Segera Diproduksi
Mobnas Microcar Asia Nusa yang akan tampil di Pameran Indo ...
LinkWithin
0 komentar
Tawon Mulai Dipasarkan Oktober Mendatang

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Mobil mini berkonsep City Car ala Indonesia, ‘Tawon’, rencananya akan dipasarkan secara masal akhir Oktober 2011 ini.

Hal itu diungkapkan Direktur Penjualan PT Super Gasindo Jaya, Dewa Yuniardi kepada Republika, Kamis (6/10). “Oktober ini kita pasarkan secara masal, khususnya untuk wilayah Jawa,” ujarnya.

Mobil Tawon ini adalah karya produsen mobil asli Indonesia dari PT Super Gasindo Jaya. Perusahaan yang memiliki pabrik perakitan di Rangkasbitung, Kabupaten Tangerang, Banten ini, optimistik mobil asli Indonesia tersebut akan disambut baik. khususnya pada masyarakat di wilayah pedesaan. "Saat ini sedang memasuki tahap akhir analisis pasar dan penjualannya," kata Dewa.

Dewa menjelaskan, dari rencana penjualannya nanti, memang tidak sebesar produsen mobil asal Jepang atau Amerika di Indonesia. Segmen pasar mobil Tawon ini akan menyasar masyarakat pedesaan. Sasaran ke masyarakat pedesaan ini bukan tanpa alasan.

Di segmen masyarakat itu sudah beberapa konsumen yang tertarik dan memesan mobil Tawon ini, seperti beberapa koperasi di Surabaya dan Tangerang. “Dan beberapa konsumen dari daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah juga sudah ada yang tertarik,” ujarnya. Namun, ia tidak menutup kemungkinan untuk pasar masyarakat perkotaan, bila ada yang tertarik.

Dewa optimis, dengan segmen penjualan di masyarakat pedesaan ini target penjualan 50 unit perbulan akan tercapai. Kapasitas mesin yang kurang dari 1.000 cc membuat harga mobil ini lebih murah, bila dibandingkan mobil asal Jepang dan Amerika. Mobil Tawon ini akan dibanrol dengan harga Rp 50 hingga Rp 60 juta per unit.

PT Super Gasindo Jaya sebagai produsen mobil Tawon tergabung dalam asosiasi industri automotif asli Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Asianusa (Asosiasi Industri Automotif Nusantara).

Menurut Ketua Umum Asianusa, Ibnu Susilo kepada Republika kehadiran mobil Tawon di pasar mobil Indonesia ini menjawab kegundahan semua pihak akan kemampuan anak negeri menghasilkan dan memasarkan mobil asli Indonesia.

Ibnu menjelaskan, secara konsep mobil nasional sudah ada sejak dahulu tapi tidak pernah bertahan. “Dipasarkan Tawon secara masal ini menjadi pertaruhan bagi masyarakat Indonesia dengan komitmennya terhadap mobil nasional,” ujar Ibnu.

Mobil dengan konsep mobil nasional, memang sudah pernah dipasarkan secara masal di Indonesia. Seperti Timor, Bimantara, Kancil dan lainnya. Namun seiring berjalannya waktu beberapa merek mobil tersebut tetap kalah bersaing dengan mobil asal Jepang, Amerika dan Eropa.

Salah satu mobil asli Indonesia yang masih dipasarkan hingga sekarang adalah ‘Komodo’ yang diluncurkan pada tahun 2009 lalu. Namun, kendaraan offroad berjenis Cruiser ciptaan PT Fin Komodo Teknologi ini hanya dipasarkan di beberapa kalangan tertentu di tanah air. Diantaranya untuk kendaraan bermedan terjal dan di wilayah perkebunan. Sumber http://mobiltawon.blogspot.com/

Redaktur: taufik rachman
Reporter: Amri Amrullah

0 komentar:

Posting Komentar